Sunday, August 30, 2015

Kesalahan Besar Pelatih Dalam Pembinaan Usia Dini



"Kemenangan sejati dari pelatih usia dini bukan ketika mendapatkan sebuah piala atau medali, namun ketika berhasil menjadikan anak-anak yang dilatih menjadi pemain yang berkualitas"


Federasi sepak bola di negara-negara yang berhasil membina pemain mudanya dengan benar pasti memandang serius sistem pengembangan pemain muda di negaranya, mulai dari infrastruktur, metode pelatihan hingga kualitas pelatihnya. Pemikiran inilah yang tentunya mendorong mereka untuk membangun prestasi tim nasional sepak bola  mereka selama bertahun-tahun. Keseriusan itu tampak jelas dari bagaimana mereka memfasilitasi akademi sepak bola yang mereka bangun, termasuk penyediaan pelatih yang berdedikasi dan berkompeten dalam bidang sepak bola.

Sekarang, mari kita tengok sepak bola di Negara kita.  Agaknya, pemikiran-pemikiran sebagaimana telah diterapkan di negara-negara maju sepak bolanya masih sangat jauh dari benak pengelola sepak bola tanah air. Saya merasa sangat miris bila melihat pelatih usia dini di Indonesia. Banyak kekeliruan yang kerap dilakukan, yang pada akhirnya berdampak pada kurang maksimalnya hasil latihan yang diterima oleh anak-anak didiknya.

Sejauh pengalaman saya berkecimpung dalam pelatihan sepak bola anak usia dini, ada beberapa kesalahan pelatih Indonesia yang sering dilakukan. Kesalahan-kesalahan itu di antaranya:

           1.      Demi prestasi, pelatih “mencuri umur” dalam kompetisi.
Dalam sebuah kompetisi, biasanya terbagi dalam kelompok umur. Liga XXX U8, artinya kompetisi yang ditujukan bagi anak berusia 8 tahun ke bawah. Nah, banyak sekali pelatih memasukkan anak di atas usia 8 tahun karena dari segi ukuran fisik tidak jauh berbeda. Inilah pentingnya profesionalisme pelatih sebuah akademi sepak bola. Walaupun tidak ada tes umur, mereka harus secara professional memasukkan pemain sesuai dengan aturan.
Pencurian umur merupakan sebuah kesalahan yang paling sering terjadi. Mengapa bisa demikian?  Yang pertama, hal ini berkaitan dengan pemahaman pelatih mengenai proses pembinaan yang masih sangat minim. Ambisi pelatih untuk berprestasi secara instan lebih besar dibandingkan target pembinaan itu sendiri. Selain itu, Proses control kompetisi di Indonesia sangat buruk. Apalagi kompetisi kelas amatir. Tak heran, bila pencurian umur dapat dilakukan dengan relative mudah.

           2.      Demi prestasi, banyak pelatih yang ambil pemain cabutan.
Pemain cabutan adalah pemain yang dipilih secara instan untuk ikut kompetisi. Misalnya, pelatih tidak puas dengan performa striker anak didiknya, akhirnya pelatih tersebut mencari pemain lain yang dianggap mampu bermain bagus, hanya untuk ikut kompetisi. Dampaknya, kondisi psikologis anak yang sudah ikut latihan berbulan-bulan akan memburuk.

Ingat, tujuan utama dari pembinaan adalah pembentukan karakter pemain. Coba bayangkan, setelah anak-anak berlatih berbulan-bulan, tiba-tiba pelatih curang. Sebagai pemain, pasti akan drop secara psikologis. Pelajaran tentang kejujuran dan saling menghormati antar pemain pun menghilang. Pelatih sudah tidak menjadi panutan yang baik bagi pemainnya.

           3.      Pelatih usia dini menyamakan metode pelatihannya dengan latihan usia dewasa.
Saya tercengang, ketika seorang rekan saya bercerita, bahwa dia melihat ada latihan anak-anak seperti “latihan militer”. Tentu terbayang dalam benak Anda, bila anak-anak yang  masih sangat kecil dilatih  fisik secara berlebihan. Padahal, mereka belum memiliki kekuatan fisik sebagaimana orang dewasa. Bukan hanya menguras tenaga si anak dan membuatnya lelah. Latihan yang terlalu keras bisa jadi membuat si anak takut, kemudian enggan meneruskan latihan pada hari-hari selanjutnya.

Yang perlu dipahami, setiap kelompok umur memiliki porsi latihan masing-masing. Dalam satu kali latihan misalnya, latihan teknik sekian persen, latihan fisik sekian persen, juga disertakan dengan latihan taktik. Jadi setiap bentuk latihan perlu dilakukan secara berimbang dan saling mengisi satu sama lain.

           4.      Banyak pelatih yang tidak paham konsep dan metode latihan usia dini.
Pelatih tidak memahami cara latihan yang menarik. Kebanyakan mereka mengikuti cara latihan tim dewasa. Padahal anak-anak perlu bentuk latihan yang menyenangkan. Metode latihan bagi anak-anak seharusnya lebih banyak disajikan dalam bentuk permainan.

Pada dasarnya, latihan sepak bola pada anak-anak lebih bertujuan untuk membangun ketertarikan dan kecintaan mereka terhadap sepak bola. Jika kecintaan mereka sudah terbangun sejak dini, maka pengasahan keterampilan berikutnya akan menjadi semakin mudah. Anak-anak akan berlatih dengan motivasi dalam diri mereka sendiri, karena mereka menyukai apa yang mereka lakukan. Bukan sekadar bermain karena ada beban tertentu, tuntutan dari orang tua, atau karena merasa takut pada pelatih.

         5.      Pelatih yang hanya terobsesi terhadap pelatih internasional, padahal tidak  memiliki ilmu pelatihan.
Mengapa bisa terjadi seorang pelatih yang terobsesi pada idolanya seperti itu? Hal ini biasanya terjadi pada pelatih yang hanya ingin mendapatkan popularitas atau pengakuan. Status Coach adalah status yang prestisius untuk sebagian orang. Sayangnya, mereka tidak memahami makna Coach sebenarnya. Mereka hanya ingin terlihat berteriak-teriak di pinggir lapangan, memberikan instruksi, memarahi pemainnya dan lain-lain. Padahal sesungguhnya mereka tidak paham, apakah yang mereka lakukan itu sudah benar atau tidak.

Bagi saya, ini merupakan salah satu kesalahan paling fatal yang dilakukan seorang pelatih. Terjun ke dunia pelatihan bukan untuk membangun sepak bola, melainkan obsesi dan angan-angan pribadi. Dampaknya tentu saja akan menimpa anak-anak didiknya. Jika seorang anak sudah berniat ikut latihan dengan sungguh-sungguh, lantas dilatih oleh pelatih yang hanya memikirkan mimpinya sendiri. Bisa jadi, potensi anak didiknya itu tidak akan berkembang maksimal.




“Di La Masia (akademi FC Barcelona) Kami tidak ditempa untuk menang, namun untuk berkembang.”Demikian jawaban Xavi, gelandang FC Barcelona, saat ditanya mengenai kehebatan timnya. Dari pernyataan Xavi tersebut, hal apa yang dapat Anda simpulkan? Ya, La Masia, akademi sepak bola terbaik di dunia tidak pernah “mencekoki” para pemainnya agar haus dengan kemenangan. Sebaliknya, mereka membina para pemain muda agar terus memiliki semangat untuk belajar dan berkembang. Dalam bidang apapun, orang yang punya semangat belajar akan terus berkembang-lebih dari sekadar pemenang.

Sayangnya, hal ini belum disadari oleh kebanyakan pelatih usia dini di Indonesia. Banyak pelatih yang berfokus pada kemenangan, dibandingkan membina pemain agar dapat mencapai potensi maksimalnya. Pelatih terlalu sibuk membangun prestasi sebagai klub, tanpa menyadari bahwa prestasi sesungguhnya adalah pembentukan pemain secara menyeluruh. Bagaimanapun, prestasi terbesar pelatih usia dini bukanlah sebuah medali atau piala, melainkan prestasi terbesar bagi seorang pelatih usia dini adalah anak-anak itu sendiri. Jadi, seharusnya, focus pelatih usia dini bukanlah pada berapa banyak piala yang didapat, tetapi bagaimana menciptakan pemain-pemain berkualitas secara karakter, teknik, pemahaman taktik dan fisik. 

Sistem Pembinaan Usia Dini Dalam Sepakbola - Part 2

    
"Tim yang berkualitas adalah kumpulan dari pemain-pemain yang berkualitas"

1.      Junior Level (U10-U12)

     Inilah level emas dalam pembinaan sepak bola usia dini. Ciri utamanya, yaitu pada level ini anak-anak biasanya mulai memiliki idola pemain sepak bola dewasa dan menyanjung-nyanjung idolanya tersebut, haus dengan kemampuan yang bersifat imajinatif, serta sifat petualang yang dominan. Bergabung dengan sekolah sepak bola serta ambil bagian dalam pertandingan akan sangat membantu perkembangan psikologis anak-anak U12. Motivasi berlatih akan lebih mudah terbangun, karena mereka mulai mempunyai jiwa kompetitif. Selain itu, pada level ini anak-anak sudah mampu menerima pendapat dan mulai dapat menguasai teknik-teknik dasar dengan mudah, serta banyak meniru pemain sepak bola yang mereka idolakan.

    Berbeda dengan fun level, pada junior level anak-anak mulai diperkenalkan pada tekhnik (70%), taktik (15%), dan latihan fisik (15%)  dasar sepak bola yang baik dan benar, seperti dribbling, passing, shooting, heading, dan ball control. Teknik-teknik tersebut dapat disampaikan secara sederhana, sehingga dapat dipahami dan disukai oleh anak-anak.

     Di sini, kesadaran pemain akan lingkungan serta rasa kebersamaan antar sesama pemain pun mulai tumbuh. Oleh karena itu, fase ini merupakan saat yang tepat untuk membentuk karakter pemain sepak bola, seperti keberanian dalam bermain, pengambilan keputusan, kepercayaan diri, sportivitas, dan fair play. Anak-anak mulai diberikan latihan sederhana tanpa lawan.  

Permainan mini 3v3, 4v4, 5v5 sudah dapat dilakukan. Kemampuan anak-anak dalam menyelesaikan masalah akan berkembang dengan pesat. Karena itu, pemain hendaknya mulai diajarkan taktik dasar serta konsep kerja sama tim.

     Latihan fisik yang lebih intensif pun dapat dilakukan. Namun, ingatlah bahwa bentuk latihan fisik yang Anda berikan hendaknya masih sebatas pada latihan kecepatan, kelincahan, dan koordinasi. 


2.      Intermediate Level (U14-U16)

     Intermediate level adalah fase dimana anak-anak mengalami masa Pubertas, fase ini akan terjadi banyak perubahan pada anak-anak usia dini. Anda harus memahami perubahan yang dialami oleh pemain karena anak-anak sedang mencari jati diri. Dari sisi psikologis, anak-anak lebih cenderung labil. Kedekatan pelatih dan pemain sangat penting untuk memahami apa yang mereka pikirkan atau harapkan.

    Dari segi pelatihan, Intensitas pelatihan taktik, teknik dan fisik mulai dapat di berikan dengan intensitas tinggi, Latihan fisik tetap focus pada kelincahan, kecepatan dan koordinasi. tapi ingat, latihan tetap  tidak boleh berlebihan, baik dari segi waktu latihan maupun tingkat kesulitan. Game dengan pemain 11v11 sudah bisa diberikan, pada level ini juga pemain dapat memahami variasi taktikal secara benar. Bagamaina bermain menyerang, bertahan, transisi bertahan ke menyerang dan transisi menyerang ke bertahan.

3.      Final Level (U18-U20)

     Inilah level puncak pada pelatihan sepak bola untuk pembinaan usia dini.  Anak-anak dapat diajarkan segala bentuk pelatihan teknik, taktik dan fisik secara lebih kompleks. Variasi taktik menyerang dan bertahan dapat dilatih. Pelatihan fisik juga dapat diberikan secara intensif karena pembentukan otot pada anak-anak mulai terjadi. Pada level ini pemain akan mengalami kompetisi yang sangat berat untuk menuju level professional. Mental atau karakter yang baik akan memudahkan pemain dalam transisi ke level professional. 

Sistem Pembinaan Usia Dini Dalam Sepakbola - Part 1



"Membentuk karakter dan mental pemain sepakbola sejak usia dini adalah kunci keberhasilan dari pembinaan di masa depan"

Penanganan pemain usia dini, merupakan usia emas dari rangkaian pembinaan sepak bola yang berjenjang. Pemain usia dini harus dibina dengan hati-hati, di mana pola dan metode latihan harus disesuaikan dengan tingkat usianya. Dalam melatih sepak bola untuk anak usia dini, fokusnya tidak hanya pada teknik bermain bola, melainkan juga menekankan pada pelatihan kedisiplinan, kesabaran, serta semangat pantang menyerah. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya tumbuh sebagai seorang pemain yang piawai bermain bola tapi juga menjadi pribadi yang berkarakter baik dan mulia.

Dalam memberikan metode latihan, hendaknya pelatih dapat menyesuaikan dengan usia anak didik. Melatih anak usia 6 tahun tentu tidak sama dengan melatih  anak usia 15 tahun. Setiap jenjang usia terdapat perbedaan, baik dari sisi psikologis, tingkat pemahaman, serta kemampuan fisik. Untuk itu, dalam sebuah pelatihan sepak bola, biasanya terdapat 4 jenjang pelatihan, yaitu Fun Level (U6 – U8), Junior Level (U10-U12), Intermediate Level (U14-U16), dan Final Level (U18-U20).

1.      Fun Level (U6-U8)
Pada level ini, anak-anak bukan dilatih menjadi striker yang baik maupun defender yang baik. Tapi lebih bagaimana mereka menyukai permainan sepak bola, melatih motorik, bagaimana mengambil keputusan, melatih karakter fair play, sportif, dan lain-lain. Tapi dalam semua itu dituangkan dalam bentuk permainan sepak bola, seperti lompatin bola, puterin bola, menangkap bola dengan kaki bagian dalam dan kaki bagian luar, dan 1 vs 1 games.

Pada fun level, anak-anak suka bermain, memiliki dunia sendiri, serta imajinasi yang sangat luas. Pada usia ini anak-anak baru mengenal sepak bola dan memiliki kesadaran yang rendah akan kehadiran orang lain. Oleh sebab itu, banyak pemain pada usia ini akan bermain secara individual tanpa memikirkan teman satu tim.   Untuk membangun pengalaman anak-anak, latihan biasanya banyak dilakukan secara individu. Misalnya, setiap anak dapat memiliki bola masing-masing. Hal ini penting diberikan pada anak-anak U8 karena mereka memerlukan sentuhan sebanyak-banyaknya dengan bola. Dengan begitu, lebih mudah bagi mereka untuk mengenal sepak bola, dan belajar menyukai bola. Yang tidak kalah pentingnya, adalah pembangunan mental anak-anak. Dari setiap rangkaian latihan yang Anda berikan, hendaknya dapat membangun kecintaan anak-anak pada sepak bola, sehingga mereka dapat bersahabat dengan bola. Jika rasa nyaman dan sehati dengan bola telah terbangun,  kelak pemain akan lebih mudah belajar tekhnik permainan sepak bola.

Dalam mengorganisir pelatihan bagi anak-anak U8, ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan, yaitu:
     a.       Pelatihan sebaiknya menonjolkan aktivitas sosial, persaudaraan, dan kerja sama.   
     b.      Tiap pemain mendapatkan perlakuan yang sama dari pelatih.
   c.  Tiap pemain mendapatkan kesempatan yang sama dalam setiap sesi latihan, termasuk dalam pertandingan.
    d.   Pelatihan hendaknya dapat membangun kegembiraan dan rasa percaya diri pada tiap anak.
     e.       Hindari tekanan untuk menang.
     f.       Pemain boleh belajar dari mencoba dan belajar dari kesalahan.
     g.      Latihan dasar harus dibuat secara variatif sehingga anak-anak tidak mudah bosan. 

Agar anak-anak menyukai latihan sepak bola, saya biasa menggunakan metode games dalam melatih mereka. Adapun beberapa contoh games yang biasa saya berikan, seperti berikut:
a.     Zombie games.
Coach berperan sebagai zombie yang akan mengambil bola dari anak-anak. Anak-anak harus menjauh sambil dribble bola, supaya bolanya tidak dimakan oleh sang zombie.

b.      Trap games
Coach buat titik 5x5. Kemudian anak-anak berusaha melewati titik tersebut sambil menggiring bola. Waktu mereka salah jalan, saya sebagai coach akan bilang, “boom”. Poin pembelajaran yang dapat diambil dari games ini adalah agar anak didik dilatih untuk dapat mengambil keputusan dengan tepat.


Saturday, August 29, 2015

Mengenal Akademi Klub Eropa - FC Barcelona





"Nature has given to us a gift such as evolution through learning. As humans we develop ourselves by learning from our mistakes and it is important that when we stumble. It should happen when we are still learning. For us FC Barcelona is not a Business, it is a feeling"

-Sandro Rosell, President FC Barcelona-


Coba anda perhatikan susunan starting line up FC Barcelona dalam pertandingan final UEFA Champions League 2009 dan 2011, tujuh dari sebelas pemain adalah jebolan akademi Barcelona, bahkan ketika pertandingan final FIFA Club World Cup 2011 menghadapi Santos (Brazil) sembilan dari sebelas pemain dalam starting line up berasal dari akademi La Masia. Pada level Internasional, dengan bendera tim nasional Spanyol, ada enam pemain La Masia yang berhasil mengantarkan tim nasional Spanyol menjuarai Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Well, La Masia menjadi sangat populer karena sudah sangat banyak lulusan akademi ini membela klub besar di Eropa. Kesuksesan FC Barcelona menjuarai kompetisi domestik maupun interconinental juga tidak lepas dari pemain-pemain akademinya, Pada tahun 2010, tiga pemain lulusan La Masia menjadi nominasi pemenang FIFA Ballon d'Or atau biasa dikenal Football Player Of The Year, tiga pemain tersebut adalah Lionel Messi, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. 

Visi dan Filosofi
FC Barcelona memiliki ideologi yang sangat kuat dalam sistem pengembangan pemain mudanya. Mereka bekerja dengan sangat keras untuk menghasilkan pemain terbaik yang akan dipromosikan ke tim utama. Berikut adalah pemain-pemain La Masia yang berhasil mengangkat trofi Liga Champions:


Satu hal yang menarik dari pembinaan FC Barcelona adalah kesamaan gaya bermain antara tim utama dan tim akademi. Tiki taka adalah ciri khas permainan FC Barcelona, gaya permainan yang sangat mematikan klub yang dilawannya dan ternyata superioritas tiki taka tidak dibangun ketika pemain di tim senior, namun sistem permainan ini telah dibentuk ketika para pemain muda berada di level youth team. Kesaamaan gaya bermain ini tentu akan memudahkan pelatih dalam membangun taktik dan strateginya, begitu juga dengan para pemain akan dengan mudah melakukan adaptasi taktikal. Artinya, apapun pengembangan sistem yang dilakukan di tim senior, akan di ajarkan dan dilatih di youth team. 

Infrastruktur
Pada tahun 1989, FC Barcelona membeli tanah di Area St Joan Despi, sebelah barat Barcelona, Proyek pengembangan dimulai pada tahun 2000, Tahun 2006, Pengembangan pemain muda dipindahkan ke lokasi baru ini, dan pada tahun 2009 tim utama mengikuti, tahap terakhir dalam pembangunan kompleks latihan ini dibuka pada tahun 2011, dan komplek baru ini mampu menambah 120 anak untuk aktifitas olahraga di akademi La Masia. 



Sistem Akademi Klub
Struktur dalam akademi La Masia dibagi menjadi dua sesi yang dilakukan secara paralel, yaitu profesional football dan formation football. Pada profesional football,aktivitas latihan untuk tim utama, Tim B dan youth team untuk kategori U19. Kemudian Formation Football aktivitas yang dilakukan untuk kelompok umur U8 hingga U18. Level dalam La Masia dimulai dari level U8-U9, Jumlah pemain yang direkrut sangat terbatas, dan hanya ada satu tim dalam dua kelompok umur tersebut. 

"The First Mission of coaches is to help boys with their behaviour, the second is to show them how to be good player" Albert Puig - Head of FC Barcelona Youth Academy.


Proses transisi menuju ke level profesional dimulai pada usia 11 atau 12 tahun, anak-anak yang tinggal di La Masia Residence akan dibina secara profesional, pada tahun 2011/2012 ada 73 anak yang tinggal di La Masia Residence dimana 52 anak tergabung dalam sesi sepakbola dan sisanya cabang olahraga lain seperti Basketball, Hockey dll. Semua pemain di akadeimi wajib untuk sekolah, manajemen La Masia selalu menekankan betapa pentingnya pendidikan, bahkan 11 pemain di tim B adalah seorang mahasiswa. Manajemen La Masia juga menekan sejak pemain di kategori U8 bahwa mereka adalah pemain utama FC Barcelona masa depan. dan diwaktu yang bersamaan apa yang dilakukan pemain di youth team sama dengan yang dilakukan oleh senior team. Dalam sesi latihan, pemain-pemain muda La Masia tidak akan diberikan latihan fisik sampai pemain tersebut berada di kategori U16. Fokus utama dalam sistem pengembangan pemain muda FC Barcelona adalah dengan mengombinasikan Olahraga, personal development, dan pendidikan akademis.  Pelatih akan mempersiapkan sesi latihan dengan membentuk skill dan kebiasaan anak-anak. Pada kelompok umur U9, anak-anak harus berlatih dengan senang dan ditekankan untuk memahami setiap materi yang diberikan dengan pelatih.




KEY FACTS


Friday, August 28, 2015

Mengenal Akademi Klub Eropa - Arsenal

ARSENAL FC ACADEMY

Apakah anda mengenal sosok Tony Adams? jika anda pencinta klub Arsenal tentu anda tidak asing dengan nama tersebut. Pemain bertahan legendaris yang lahir dari tanah Inggris. Kharismanya sungguh di kagumi, sosoknya sangat kental dengan klub yang dijuluki The Gunners ini.. Ya, The Gunners adalah julukan klub asal kota London ini. Klub ini juga menjadi bagian yang tidak terbantahkan dalam perkembangan pemain muda Inggris. Arsenal akademi telah menghasilkan Emmanuel Frimpong, Ashley Cole, Paul Merson, Ray Parlour, Arsenal juga merekrut pemain muda potensial dari berbagai penjuru negara Eropa hingga Asia, pemain tersebut antara lain Niklas Bendtner (direkrut dari klub Copenhagen), Alex Song (SC Bastia), Cesc Fabregas (Barcelona), Aaron Ramsey (Cardiff), Francis Coquelin (Stade Laval), Hector Ballerin (Barcelona), Theo Walcott (Southampton), Alex Ox Chamberlein (Southampton),hingga pemain asal Japan Ryo Miyachi (Chukyo HS). Kecintaan pelatih Arsenal, Arsene Wenger, terhadap pemain muda menjadikan klub Arsenal selalu dipenuhi pemain muda berbakat. Apa saja yang dilakukan Arsenal Akademi sehingga menjadi salah satu klub yang menghasilkan pemain dengan kualitas yang memukau?.

Visi dan Filosofi
Arsenal Akademi memiliki tiga tujuan:
a. Menghasilkan pemain ke tim utama.
b. Menghasilkan pemain profesional dengan karakter terbaik
c. Menghasilkan pemain yang mandiri

Untuk menjadi pemain bintang di Arsenal Akademi, para pemain muda selalu ditekankan bahwa mereka memiliki talenta, kecerdasan, dan motivasi yang harus diasah dengan baik, dengan metode pelatihan terbaik yang dimiliki oleh staff pelatih maka proses pengembangan pemain muda selalu dikerjakan dengan terstruktur, Projek pembinaan Arsenal Akademi dimulai sejak tahun 1996.

"Key Success factor: Focus on the individual, not the team" 
Liam Brady - Arsenal FC's Head Of Youth Academy


Infrastruktur

Arsenal memiliki dua pusat pelatihan, London Hale End Training Center (Kelompok umur 8-16 tahun) dengan tujuh lapangan dan London Colney (Kelompok umur diatas 16 tahun dan tim utama). Kedua Training Center memiliki kualitas lapangan terbaik

Training Center London Colney dibagi menjadi tiga area. Satu area unruk Reserve dari Senior A team, Area kedua untuk reserve team dan area ketiga untuk tim U17 dan U18. Fasilitas pelatihan ini dilengkapi dengan under-soil heating, kolam renang, beberapa ruang ganti pemain, ruang fitness, restauran, dan ruang konfrensi pers. Arsenal FC juga memiliki lapangan indoor yang sangat besar, ketika cuaca tidak mendukung untuk latihan outdoor maka lapangan indoor ini akan digunakan.

Sistem Akademi Klub
Arsenal akademi memiliki sistem pembinaan yang digambarkan dalam sebuah piramida dengan puncak piramida akademi adalah kelompok umur U18. Masing-masing kelompok umur memiliki 20-25 pemain. namun dalam kelompok umur U19, U20 dan U21 hanya memiliki 20 pemain. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kelompok umur memiliki pemain yang berkualitas dengan seleksi yang sangat ketat. Pemain-pemain akademi akan mendapatkan tim pelatih, physiotherapy, dan pendidikan yang profesional,


U9 - U16 London Hale End Training Center

U9 - U11   : Pemain muda dikenalkan pada latihan organisasi sepakbola. Mereka akan memainkan turnamen diakhir minggu dengan game 6 v 6, 5 v 5 dan 7 v 7.


U12 - U14 : Permainan akan dimainkan dengan skema 11 v 11, mereka selalu memainkan turnamen dan pertandingan uji coba. Fokus pelatihan mereka adalah Individual Ball Technique, ketangkasan, kecepatan dan kelincahan.


U15 - U16 : Fokus pelatihan adalah pengembangan dan pengusaan taktik.

U17 - U21 London Colney

Pusat pelatihan ini bisa dianggap sebagai puncak dari pembinaan yang dilakukan, lokasi pelatihan ini digunakan untuk U18, Reserve Team, dan Senior Team. London Colney juga menjadi tempat dimana pemain akademi disiapkan untuk menjadi pemain profesional, Setiap kategori umur dibagi menjadi lima periode latihan.

Kelompok umur U17 dan U18 tidak jarang digabungkan dengan latihan tim senior dan mereka disiapkan dalam Youth League. Kelompok umur U21 berlatih dengan Reserve Team dan mereka bersaing dalam memperebutkan posisi di tim senior, biasanya tim kedua ini sudah dimainkan dalam kompetisi kelas dua seperti Carling Cup.

Pelatih dalam kelompok umur akan bertanggung jawab atas materi yang diberikan ke dalam timnya. Liam Brady sebagai Head of Arsenal academy bertanggung jawab dengan memberikan supervisi kepada para pelatih setiap kelompok umur, Dia juga yang menentukan siapa saja pemain yang akan dimainkan dalam sebuah pertandingan. Dia juga selalu berdiskusi dengan para pelatih bagaimana dalam mengembangkan program pelatihan, Dalam setiap pertandingan, dia selalu hadir dan memberikan masukan dan berdiskusi dengan para pemain terkait dengan pertandingan.
Latihan rutin untuk tim 17-21 tahun selalu dilakukan setiap hari setalah makan pagi pukul 09.00. Setelah latihan dan makan siang maka semua pemain akan belajar. Dua kali dalam seminggu, setiap tim akan mengikuti 2 kali sesi latihan, sesi latihan pagi akan fokus pada latihan individual sedangkan latihan sore akan fokus pada latihan tim. Di hari sabtu, mereka akan memainkan pertandingan uji coba dengan tim youth dari Premier League, dan dimusim spring dan summer, mereka akan mengikuti turnamen pada level nasional ataupun internasional.



KEY FACTS





Arsenal Youth Academy Training
Sumber: Youtube


Wednesday, August 26, 2015

Mengenal Akademi Klub Eropa - AFC Ajax


AFC Ajax

Siapa yang tidak mengenal klub AFC Ajax, Klub yang sangat sering menghasilkan pemain muda berbakat di kancah sepak bola dunia dan AFC Ajax hingga saat ini menjadi pabrik pemain muda bertalenta. Siapa yang tidak mengenal Johan Cruijff, Marco Van Basten, Denis Bergkamp, Wesley Sneijder, Patrick Kluivert, Edgar Davids, Rafael Van Der Vaart dan Daley Blind. Semua pemain tersebut dibesarkan di Training Center De Toekomst .

Visi dan Filosofi 
AFC Ajax memiliki infrastruktur pembinaan usia dini yang baik, Setiap orang didalam dunia sepak bola pasti mengenal Training Center De Toekomst . Pusat pelatihan tersebut memiliki luas 140.000 m2, dengan jumlah lapangan sebanyak delapan (empat lapangan rumput natural dan empat lapangan artificial). Tentu dalam sebuah pembinaan sepak bola infrastruktur menjadi faktor yang sangat penting namun ada hal yang tidak kalah penting yang menjadi fondasi pembinaan yaitu idelogi yang ditanamkan oleh klub. Setiap orang yang berada di AFC Ajax selalu ditekankan untuk menggunakan kata 'kami', terlihat sederhana, namun dalam sepak bola yang sangat mengagungkan kerja sama tim, ideologi ini menjadi sangat penting. Pilar ideologi klub yang kedua adalah offensive football (Sepak bola menyerang), AFC Ajax memiliki filosofi 'Results without quality is boring, Quality without results is meaningless'. Filosofi ini yang menjadi dasar pembinaan klub. Cara bermain menyerang inilah yang ditanamkan para pelatih terhadap pemainnya dan akan berkembang ketika mereka masuk ke tim utama.
Lalu pilar yang ketiga yang sangat penting adalah menghasilkan pemain muda untuk tim utama mereka. AFC Ajax memiliki target untuk mengirimkan tiga pemain dari akademi setiap dua musim. Jika anda perhatikan ketika pergantian musim dimulai dan melihat daftar pemain AFC Ajax, maka anda akan mendapatkan nama-nama baru. Nama-nama tersebut tentu muncul dari pembinaan usia muda mereka sendiri. Mari kita telusuri pemain-pemain akademi yang promosi ke skuad utama AFC Ajax dalam empat musim terakhir, Musim 2015/2016 ada nama Vaclav Cerny (Usia 17 Tahun),  Musim 2014/2015 Kenny Tete (18), Riechedly Bazoer (17), Ricardo Kishna (19), Musim 2013/2014 Jairo Riedewald (16), Lesly De Sa (20), dan Musim 2012/2013 Viktor Fischer (18), Davy Klaassen (19), Jody Lukoki (20),

'To Have Three Players Make It To The First Team Every Two Seasons'

Klub memiliki program yang sangat baik untuk menjadikan pemain dari level junior menuju level senior, sebuah jaminan bagi setiap pemain untuk mengembangkan talentanya, walaupun pemain tersebut berusia 16 tahun jika memiliki kualitas yang baik maka akan menjadi bagian dalam tim utama..

Infrastruktur
 Training Center De Toekomst


Fasilitas pelatihan yang dimiliki AFC Ajax sangat berkualitas, total mereka mempunyai 14 hektar dengan berbagai macam lapangan mulai dari rumput alami hingga rumput artificial. AFC Ajax juga memiliki stadion untuk tim kedua dan usia dini dengan kualitas rumput artificial. dan pada tahun 2011 mereka membangun Indoor Dome, dengan sarana dan prasarana yang sangat bagus, mereka juga menyediakan asrama untuk tim akademi, AFC Ajax memiliki sarana pengembangan usia dini yang digabungkan dengan metode ilmiah atau sports science. Disini, ada 13 tim dengan menggunakan 8 lapangan dan 14 dressing rooms (ruang ganti). Sangat sulit untuk dapat mengintip pelatihan usia dini mereka karena pihak manajemen membatasi siapa saja yang masuk ke arena latihan mereka.


Sistem Akademi Klub
AFC Ajax memiliki struktur organisasi yang baik dalam pengembangan usia mudanya, setiap kelompok umur mereka memiliki Technical manager, Technical manager inilah yang memimpin setiap kelompok umur. Berikut adalah kelompok umur yang dimiliki AFC Ajax:
a. Onderbouw (Kelompok umur 7-12 tahun)
b. Middenbouw (Kelompok umur 13-16 tahun)
c. Bovenbouw (Kelompok umur 17-20 tahun)


Pada kategori umur lima tahun sampai sembilan belas tahun plus tim reserve, Pelatih akan selalu fokus pada pengembangan dalam hal individual atletik, teknikal, taktik, dan pengembangan sosial secara bertahap. Jadwal latihan akademi sangat padat, dengan dimulai dari menjemput para pemain dari sekolah menuju pusat latihan dan setiap pemain akademi memiliki assisten guru dalam membantu pendidikan mereka disekolah.






KEY FACTS